Senin, 01 Juni 2009

hikayat kesufian

Tasawuf atau kesufian diakui dalam sejarah telah berpengaruh besar atas kehidupan moral dan sepiritual islam sepanjang ribuan tahun silam. Banyak pendapat mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafa, yang berarti suci atau bening. dan sebagian ahli yang lain mengatakan berasal dari kata shuf artinya bulu domba. Dimana pada awal masa perkembangannya para peniti jalan sufisme berpakaian bulu domba yang merupakan simbol para hamba allah yang tulus dan esketis (zuhud).

Disini akan dipaparkan kisah-kisah para peniti sufi yang penuh dengan makna-makna yang tersembunyi......

1. Seorang pemuda yang begitu sengitnya mencemooh tokoh sufi Zun Nun Al Misri dan tarikatnya. Sesudah pemuda itu puas dengan caci makinya dan kebenciannya, Al Misri melepas cincin di jarinya dan berkata, "Bawalah cincin ini ke pasar, gadaikan lah dengan harga satu dinar saja".
Pemuda itu heran, namun cincin itu di terimanya jua dan dibawa ke pasar. Ia menawarkan kepada para pedagang . dari penjual buah ,sampai penjual makanan. tak seorangpun melirik atau tertarik.Lalu dengan wajah penuh kemarahan pemuda itu kembali kepada Al Misri,"Engkau membohongi saya,cincin ini tidak berharga".
Jawab Al Misri,"Jangan marah dulu, sekarang juallah cincin ini ke ahli permata.Tawarkan seribu Dinar". Tentu saja pemuda itu menjadi gusar. tapi rasa ingin tahunya membuat ia menuruti perintah sang guru sufi.Dan sungguh mengherankan ternyata para pedagang permata tersebut saling berebutan untuk membeli cincin itu. Pemuda itupun takjub, dan bergegas mendatangi alimisri dan berkata,"mereka bersaing untuk membelinya.'
"Nah", kata Al Misri,"Orang tidak akan mengetahui sesuatu itu berharga atau tidak jika ia belum mengenalnya.Bagai mana kamu mencaci maki para sufi dan ilmu tasawuf,kalau kamu belum tahu isinya?pelajari dulu baik-baik, tentukan pendapatmu. Itulah sikap yang bijak".
2.Abu Muhammad Al Maghazil berkata,"Aku bertetangga dengan Abu Muhammad Al Hariri di Makkah selama setahun. Ia hidup dengan menyedikitkan tidur, tidak berkata-kata dan tidak bersandar kepada tiang ataupun dinding,dan juga tidak memanjangkan kedua kakinya.Suatu hari, lewat Abu Bakar Al-Kattani.Ia memberi salam kepada Abu Muhammad Al Hariri dan berkata,"Hai abu muhammad,dengan apa engkau mampu ber-i'tikaf dan ber-tafakkur sebaik itu?" Abu Muhammad Al Hariri menjawab,"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar